Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Thursday, April 29, 2010

Rumah Kawat Cor Beton

Rumah Kawat Cor Beton adalah, rumah yang dindingnya terbuat dari kawat yang dicor atau diplaster dengan beton. Sedangkan strukture utamanya dapat menggunakan kayu, kayu kelapa, mambu dan lain-lain.

Teknik ini sudah dikenal masyarakat Sumatera Barat sejak lama, mereka menggunakan teknik ini karena lebih murah (Rp. 800.000/m2) dibandingkan rumah dari batu bata.

Persyaratan utama rumah aman dan tahan gempa adalah kelenturan pada struktur utama, ringan, dan dinding tidak mudah rontok ketika ada goyangan besar atau getaran.




Bahan yang mempunyai kelenturan yang baik adalah; Kayu, Kayu Kelapa, Bambu dan Baja.


Keuntungan dari Rumah Kawat Cor Beton
• Terbukti Aman dan Tahan Gempa yang dibuktikan oleh Gempa Sumatera Barat 30 September 2009 (7,9 SR).
• Mempunyai kelenturan yang tinggi.

• Menggunakan Kayu Kelapa sebagai struktur utama, ketersediaan pohon kelapa yang sudah tua di daerah pantai di SUMBAR sangat banyak, yang dikenal sebagai pohon cepat tumbuh.

• Bisa dibangun perbagian.
• Bisa dirubah dari rumah sementara ke rumah permanent.
• Aman ketika gempa terjadi, risiko dinding roboh sangat kecil.

Sejarah Kawat Cor Beton

Sejarah awal kawat cor beton mulai dari zaman Yunani, dapat dilihat pada patung kawat dicor dan teknik plester dari masa Michel Angelo Buonarroti dan Leonardo da Vinci, dengan bahan modern. Pada zaman modern, bangunan kawat cor beton pertama adalah kapal wisata yang ditarik di sepanjang kanal kebun binatang di Amsterdam.

Pada Perang Dunia Kedua kawat cor beton telah digunakan sebagai Tongkang, barak, Bungker penyimpanan amunisi dan keperluan lainnya.


Pada awal 1960-an, konstruksi kawat cor beton menjadi meluas di Australia, Selandia Baru, dan Britania Raya. Sejak saat itu, banyak kapal kawat cor beton dibangun di sejumlah negara. Rumah cor beton dapat dibangun dengan menggunakan bahan lokal seperti kayu, bambu atau ranting kayu sebagai pengganti kawat. Rumah dengan menggunakan bahan alternatif ini telah banyak dibangun di Bangladesh, Indonesia dan Papua Nugini.


Teknologi Rumah Kawat Cor Beton sangat baik jika dibangun didaerah rawan gempa seperti Indonesia.


Informasi lebih lanjut tentang Rumah
Kawat Cor Beton ditanyakan melalui email ke: mataharilsm@gmail.com atau dapat ditemukan di
http://ferrocement.com/

Thursday, October 15, 2009

Ferroconcret House

Ferroconcrete or Ferrocement House is using the reinforced concrete with Wire Mesh as the wall.

This technique is already known to the people of West Sumatra since a long time, they use this technique because it is cheaper (800.000 IDR/m2) than a brick house.
The main requirement of a save and earthquakes resistant house is the flexibility on main structure, light, and the wall not falling apart when there is big shake or vibration.



The material who can achieve good flexibility is; Wood, Coconut Wood, Bamboo and Steel.


Advantage of Ferroconcrete House
• Approved as Earthquake resistant house by west Sumatra earthquake 30 Sept. 2009 (7,9 SR).
• High Flexibility.
• Using Coconut Wood as main structure, High Availability of old coconut tree in the area, known as Fast Grow tree.
• Ability to be build part by part.
• Other solution for Transitional Shelter.
• Transfer Ability from T Shelter to Permanent House.
• Safe when earthquake happen, because small risk of wall to be falling apart.


History of Ferroconcrete
Early history of Ferroconcrete starts from Greek time, Roman concrete and the sculptural wire and plaster technique from the time of Michelangelo Buonarroti and Leonardo de Vinci, with modern materials. The first definite ferrocement artefact was a tourist barge pulled along canals in the Amsterdam zoo.

On Second World War Ferroconcrete has been use as Barges, barracks, buried ammunition storage and many other purposes.

In the early 1960s, ferrocement construction became widely accepted in Australia, New Zealand, and the United Kingdom. From then on, thousands of ferrocement vessels and structures were built in quite a number of countries. Ferrocement houses utilizing local materials such as wood, bamboo or bush sticks as equivalent steel replacement have been constructed in Bangladesh, Indonesia and Papua New Guinea.

Ferroconcrete technology can be advantageous if used in earthquake - prone areas like Indonesia.

More information about Ferroconcrete can be found at http://ferrocement.com/